opini gue tentang “cinta” dan kebodohan

sorry guys, Indonesian
gw ga bosen bilang kalo gw lagi nulis pake Bahasa Ibu gw (dengan dicampur beberapa bahasa yang nggak keruan), artinya gw lagi curhat ga penting
dan curhatan kali ini mengenai perspektif gw tentang “cinta” dan kebodohan

latar belakang gw nulis adalah karena hari ini gw sempet bete karena kebodohan akan definisi tentang “cinta” tersebut
*nb. di sini gw menggunakan kata “cinta” dengan tanda petik merujuk pada definisi sebagian umat tentang kata tersebut yang sering dikaitkan dengan hubungan antara cowok dan cewek
*nb. lagi.. ini curcolan gw.. nggak merujuk pada pengertian harafiah dan religius tentang hal ini.. jadi maaf bila ada yang tersinggung atau melihat diri saya sebagai orang jahat ^^ peace.. no offense

nah.. sekarang balik ke judul.. kenapa “cinta” dan kebodohan?
ini pengamatan gw pribadi.. ke beberapa orang seumuran gw (dan agak tuaan dikit ato mudaan.. agak banyak sih kalo mudaan)
udah umum sih orang bilang “cinta”
sebuah kata klasik yang bisa bikin orang mabuk darat.. laut.. udara.. bahkan luar angkasa (kali aja di film Star Wars ato StarTrek gitu)
yang sering dimasukin ke dalam hati sepasang cowok dan cewek.. dan bisa jadi alasan pembenaran dan penyalahan untuk semua kegiatan yang dilakukan mereka
sampe lupa kalo dirinya punya pedoman yang turun dari Allah.. Quran dan Hadist
*ah ya.. gw pake perspektif Muslim lagi ya*
makanya.. banyak tuh anak SMP yang udah “jebol”.. anak SMA yang udah MBA (married by accident) yang kata mereka dilakukan karena “cinta”
*krik.. lagi*
nah.. di situlah yang menurut gw dimulai yang namanya kebodohan itu

seperti postingan yang sebelumnya.. yang ngereblog post Abang gw (makasih, Bang Rendra).. manusia itu punya sistem hormonal yang memang mengendalikan apa yang sering diistilahkan sebagai nafsu
dorongan psikologis yang dipicu kegiatan biologis dalam tubuh untuk melakukan kegiatan biologis lainnya
*nb gw berusaha menggunakan bahasa kacau yang seenggaknya nggak vulgar.. sori
nah.. sedihnya.. manusia bisa melakukan segala hal itu hanya dipandu kegiatan biologis (yang disebut pertama : hormonal) itu.. plus tambah parah kalo emang di dalam kesadarannya udah terekam memori yang menyangkutpautkan hal itu dengan hal lainnya
yang pengen gw sampein di sini adalah : pengaruh tayangan terhadap pemikiran orang
udah sejak kecil kan, kita dihadapkan sama telenovela (jadi inget Maria Mercedes deh .__.), sinetron, FTV, drama korea, dorama jepang, dan film-film yang (katanya) romantis-romantis gitchu deeh *bahasa gw ampe alay
dari tayangan yang udah dicekokin ke kita sejak kecil itulah, terbentuk pemahaman tentang “cinta” itu seperti yang di dalem situ
*susah ngejelasinnya.. intinya ada hubungannya sama hubungan cowok cewek*
sedihnya.. anak kecil itu (secara umum, manusia di semua usia sih) suka ngikut-ngikut (nah.. ini kenapa saya bilang anak kecil.. soalnya biasanya anak kecil kan pengalaman pertama gitu..)
jadilah mereka penasaran.. pengen punya “cinta”.. yang mereka definisikan sebagai “hubungan antara cowok dan cewek yang menyebabkan mereka mengalami kesenangan luar biasa dan bebas melakukan hal apapun berdua.. dengan alasan ya cinta itu tadi”
*krik krik krik* lagi
gw nggak mau muna dengan mengatakan gw suci.. gw juga pernah mengalami syndrom “cinta” yang seperti itu.. dan mungkin sekarang masih.. semoga Allah Menjaga..

yup yup.. sekarang ke kebodohannya
seperti yang dibilang berkali-kali dalam postingan ini, “cinta” bisa dijadikan alasan untuk membenarkan dan menyalahkan segala sesuatu yang ada di antara kehidupan si cowok dan si cewek yang sedang terikat dalam “cinta” itu sendiri
contoh.. kita bakal berhak ngeapa-apain pasangan kita karena “cinta”.. kita juga bisa menyalahkan pasangan kita yang terlihat salah karena “cinta” itu juga (contohnya adalah jeles yang sempet gue alamin tadi)
dua-duanya bahaya
dua-duanya kebodohan
kenapa?
kalo segala sesuatu bisa bener karena “cinta”.. kotoran pun bisa semanis madu..
hal yang jelas dipikir pake logika sederhana kalo itu salah, bisa jadi sesuatu yang secara heroik dipertahankan mati-matian karena “cinta” itu tadi
banyak pasangan yang jelas-jelas si cowoknya ato si ceweknya bukan orang yang bisa membawa keberkahan dan Ridho Allah.. justru kemaksiatan.. tapi si cewek ato si cowoknya (kebalikannya dari yang disebutin pertama) mempertahankan “cinta”-nya mati-matian dan secara (menurut mereka) heroik karena.. *klasik* “gue udah cintaaa bangeet sama diaaa.. gue nggak mau kehilangan diaa.. makanya gw mau lakuin apa aja buat diaa”
dan secara nggak sadar itu orang berarti telah menyatakan dirinya bahwa dia mau-mau aja dandan jadi monyet trus ngamen di pinggir jalan pake lagunya world cup yang dinyanyiin versi dangdut
*ga bisa bayangin gw.. ini ngasal suer

yah.. hormon mendominasi cerebral cortex
klasik
perasaan senang yang dipacu kegiatan hormonal itu emang jauh lebih gampang dan lebih nyaman daripada pemikiran dengan sel-sel otak yang butuh darah dan udara banyak
sedihnya.. ujung-ujungnya banyak yang berakhir nggak baik
*ya ada sih yang baik juga.. nggak menggeneralisir.. di sini gw pake kata banyak.. karena emang banyak yang gw tau
ada seorang yang masa depannya (kelihatannya) cerah.. dengan potensi yang dia miliki.. dan semangat juang yang dia pelihara.. akhirnya hancur kehidupannya karena mempertahankan “cinta” dan membenarkan segala perlakuan si “yang dicintai”nya kepada dirinya
ada juga orang yang karena “cinta”nya melupakan tugasnya sebagai calon pemimpin dunia untuk memuaskan hati “yang dicintai”nya
ya.. ada sih yang jadi sukses dan bahagia karena memperjuangkan “cinta”nya itu..

ini pendapat pribadi
no offense
tapi saya ingin mengajak.. berpikirlah dengan baik.. Allah memberi kita akal untuk berpikir
Allah memberi kita logika untuk memilih
Allah memberi kita Iman untuk membimbing
sebegitu indahkah “cinta” itu sehingga segala kebenaran dari Allah bisa kita lupakan?
sebegitu maniskah “cinta” itu sehingga amanah untuk menjadi khalifah.. pemimpin dunia.. dari Allah itu kita abaikan?
sebegitu memabukkankah “cinta” itu sehingga otak kita dikesampingkan untuk nafsu kita?

again.. di sini saya bukan orang keren yang bisa mengedepankan otak daripada hormon itu
dan again lagi.. ini hanya sebuah opini
dan bila itu benar, maka datangnya dari Allah semata
dan bila itu salah, maka kesalahan saya pribadilah hal itu bermula

mempunyai “cinta” bukan berarti harus membenarkan kebodohan bukan?